Sman1tempuran

Just another WordPress.com site

PENDIDIKAN KARAKTER

Sunarto,S.Pd

Pendidikan karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Pendidikan karakter menjadi pembicaraan yang hangat akhir – akhir ini. Pada peringatan hari pendidikan nasional tahun 2010 ini tema yang diangkat adalah tentang pendidikan karakter. Sekolah – sekolah diinstruksikan memasang spanduk tentang pentingnya pendidikan karakter dalam meningkatkan keberadaban bangsa. Semoga ini merupakan kesadaran baru atas fenomena semakin rapuhnya kondisi karakter bangsa.
Tampak jelas kemerosotan akhlak bangsa secara merata dari level pejabat sampai kalangan rakyat. Momen pemilu baik pemilu legislatif, presiden dan kepala daerah dan pelaksanaan ujian nasional serta beredarnya video porno yang baru saja berlalu merupakan fakta terkini sebagai bukti kemiskinan moral bangsa ini.  Berbagai tindak kecurangan, suap, korupsi, tindakan asusila adalah bukti ringkihnya karakter bangsa yang sejatinya adalah bangsa yang besar.
Pakar Pendidikan dan juga masyarakat umum yang peduli dengan pendidikan tengah prihatin. Mengapa pendidikan tidak mampu mengubah perilaku anak didik menjadi lebih baik? Mengapa jenjang pendidikan yang semakin tinggi tidak selalu diikuti dengan attitude atau sikap moral yang makin mulia? Kejujuran, komitmen, keuletan, kerja keras hingga keikhlasan jiwa seolah lepas dari masalah pendidikan.
Konsep pendidikan yang menjadi rujukan praktek pendidikan di Indonesia sebenarnya sangat lekat dengan nuansa pembentukan karakter. Sebagai contoh,  menurut UNESCO  pendidikan harus bertumpu pada empat pilar yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Hal ini  selaras dengan  fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUPN) pasal 3 yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun dalam tataran praktik, aktivitas pembentukan karakter ini sering kali di abaikan sehingga aktivitas di sekolah hanya sekedar transfer pengetahuan dan sangat minim proses pendidikannya. Perilaku masyarakat yang cenderung semakin hedonis, materialistis, dan individualistis semakin mempercepat laju kemerosotan kualitas karakter bangsa. Manusia sering kali  mengabaikan nilai – nilai kemuliaan untuk sekedar memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokoknya.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan watak/karakter murid, dengan menekankan nilai-nilai dasar antara lain : bertakwa, tanggung jawab, disiplin, jujur, sopan, peduli kerja keras, dan sikap yang baik.
Pendidikan karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan oleh pikir seperti studi lapangan, pembuatan dan presentasi karya tulis ilmiyah, pembinaan tim pakar mata pelajaran;  olah hati contohnya berbagai kegiatan pendalaman dan pelaksanaan ke islaman; olah rasa dan karsa adalah kegiatan yanga berorientasi pada olah rasa dan karsa mencakup kegiatan perilaku pembiasaan, kepedulian sosial , pengembangan minat dan bakat melalui ekstrakurikuler, dan program pembinaan kepemimpinan/leadership; dan olah raga dengan berbagai kegiatan untuk membentuk  budaya hidup sehat pada para murid..
Pelaksanaan pendidikan karakter ini tampak dalam kegiatan sekolah sehari – hari. Protret sekolah yang menyelenggarakan pendidikan karakter terlihat pada kegiatan sekolah tersebut yang penuh nilai. Artinya sekolah menerapkan “living values“ dalam rutinitas kesehariannya.
Pagi hari  saat kita masuk ke lingkungan suatu sekolah sudah terlihat pemandangan beberapa orang guru dan pimpinan sekolah menyambut kedatangan siswa dengan menyalami dan memberikan salam, siswa dengan santun mengucapkan “Assalamu alaikum” sambil berjabat tangan dan mencium tangan bapak dan ibu guru tersebut. Guru memberikan afirmasi positif sehingga menambah minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai setiap hari Senin sampai dengan Sabtu dengan telaten wali kelas atau guru jam pelajaran pertama membimbing siswa di kelasnya untuk melantunkan do’a , dzikir ataupun tadarus Al-Qur’an. Hal ini dapat menghadirkan kesejukan dalam jiwa dan mengusir pengaruh – pengaruh negatif yang barang kali terbawa dari rumah atau masuk ke dalam jiwa anak selama dalam perjalanan.
Kumandang adzan di masjid sekolah tersebut memanggil anak-anak untuk menunaikan ibadah shalat Dhuhur dan asar tepat waktu. Seorang guru bergegas untuk menjadi imam. Selesai shalat, salah seorang siswa memimpin do’a dilanjutkan kultum (ceramah agama selama 5 – 7 menit) oleh siswa/siswi yang lain sementara siswa yang lain mendengarkan dengan seksama.
Untuk meminimalisasi pengaruh negatif kehidupan yang cenderung hedonis, materialistis, dan individualistis, sekolah memiliki program kepedulian sosial semisal teman asuh yang merupakan kegiatan untuk menumbuhkembangkan jiwa kepekaan sosial terhadap sesama. Sekolah mewajibakan kepada  seluruh siswa dalam waktu tertentu melaksanakan aktivitas kepedulian sosial. Kegiatan dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok di lingkungan tempat tinggal siswa, tempat ibadah, atau tempat-tempat lain yang memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan sosial tersebut.
Guru mampu memposisikan diri sebagai pembimbing dan tauladan dalam melaksanakan amal kebajikan. Pendidikan karakter akan berhasil jika ada “ model “ yang dapat dicontoh. Murid dapat belajar dari kata – kata dan perbuatan gurunya secara utuh. Tidak ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan guru sehingga terpancar  kesan ( aura) positif yang kuat dari sosok pribadi guru. Adanya guru yang berkarakter kuat adalah syarat pertama dan utama berhasilnya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter hanya mampu dilaksanakan di sekolah dengan lingkungan yang positif. Lingkungan sekolah yang terjaga dari segala bentuk kemaksiatan, atau sekolah yang di sana tumbuh subur segala perilaku sholihat. Sekolah yang ada semangat fastabiqul khairat.
Semoga kemunculan wacana pendidikan karakter ini mampu menjadi pemicu dan pemacu gerak pendidikan Indonesia menuju arah yang benar sebagaimana yang telah dirumuskan dalam berbagai aturan dan konsep. Tidak menjadi sekadar slogan dan ungkapan indah pemanis kata dalam pidato para pejabat belaka, yang kemudian hilang tanpa meninggalkan bekas. (HS)

15 November 2011 Posted by | ARTIKEL PENDIDIKAN | Tinggalkan komentar

Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter
Sunarto,S.Pd
Pendidikan karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Pendidikan karakter menjadi pembicaraan yang hangat akhir – akhir ini. Pada peringatan hari pendidikan nasional tahun 2010 ini tema yang diangkat adalah tentang pendidikan karakter. Sekolah – sekolah diinstruksikan memasang spanduk tentang pentingnya pendidikan karakter dalam meningkatkan keberadaban bangsa. Semoga ini merupakan kesadaran baru atas fenomena semakin rapuhnya kondisi karakter bangsa.
Tampak jelas kemerosotan akhlak bangsa secara merata dari level pejabat sampai kalangan rakyat. Momen pemilu baik pemilu legislatif, presiden dan kepala daerah dan pelaksanaan ujian nasional serta beredarnya video porno yang baru saja berlalu merupakan fakta terkini sebagai bukti kemiskinan moral bangsa ini. Berbagai tindak kecurangan, suap, korupsi, tindakan asusila adalah bukti ringkihnya karakter bangsa yang sejatinya adalah bangsa yang besar.
Pakar Pendidikan dan juga masyarakat umum yang peduli dengan pendidikan tengah prihatin. Mengapa pendidikan tidak mampu mengubah perilaku anak didik menjadi lebih baik? Mengapa jenjang pendidikan yang semakin tinggi tidak selalu diikuti dengan attitude atau sikap moral yang makin mulia? Kejujuran, komitmen, keuletan, kerja keras hingga keikhlasan jiwa seolah lepas dari masalah pendidikan.
Konsep pendidikan yang menjadi rujukan praktek pendidikan di Indonesia sebenarnya sangat lekat dengan nuansa pembentukan karakter. Sebagai contoh, menurut UNESCO pendidikan harus bertumpu pada empat pilar yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be. Hal ini selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUPN) pasal 3 yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Namun dalam tataran praktik, aktivitas pembentukan karakter ini sering kali di abaikan sehingga aktivitas di sekolah hanya sekedar transfer pengetahuan dan sangat minim proses pendidikannya. Perilaku masyarakat yang cenderung semakin hedonis, materialistis, dan individualistis semakin mempercepat laju kemerosotan kualitas karakter bangsa. Manusia sering kali mengabaikan nilai – nilai kemuliaan untuk sekedar memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokoknya.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan watak/karakter murid, dengan menekankan nilai-nilai dasar antara lain : bertakwa, tanggung jawab, disiplin, jujur, sopan, peduli kerja keras, dan sikap yang baik.
Pendidikan karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstra kurikuler. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan oleh pikir seperti studi lapangan, pembuatan dan presentasi karya tulis ilmiyah, pembinaan tim pakar mata pelajaran; olah hati contohnya berbagai kegiatan pendalaman dan pelaksanaan ke islaman; olah rasa dan karsa adalah kegiatan yanga berorientasi pada olah rasa dan karsa mencakup kegiatan perilaku pembiasaan, kepedulian sosial , pengembangan minat dan bakat melalui ekstrakurikuler, dan program pembinaan kepemimpinan/leadership; dan olah raga dengan berbagai kegiatan untuk membentuk budaya hidup sehat pada para murid..
Pelaksanaan pendidikan karakter ini tampak dalam kegiatan sekolah sehari – hari. Protret sekolah yang menyelenggarakan pendidikan karakter terlihat pada kegiatan sekolah tersebut yang penuh nilai. Artinya sekolah menerapkan “living values“ dalam rutinitas kesehariannya.
Pagi hari saat kita masuk ke lingkungan suatu sekolah sudah terlihat pemandangan beberapa orang guru dan pimpinan sekolah menyambut kedatangan siswa dengan menyalami dan memberikan salam, siswa dengan santun mengucapkan “Assalamu alaikum” sambil berjabat tangan dan mencium tangan bapak dan ibu guru tersebut. Guru memberikan afirmasi positif sehingga menambah minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai setiap hari Senin sampai dengan Sabtu dengan telaten wali kelas atau guru jam pelajaran pertama membimbing siswa di kelasnya untuk melantunkan do’a , dzikir ataupun tadarus Al-Qur’an. Hal ini dapat menghadirkan kesejukan dalam jiwa dan mengusir pengaruh – pengaruh negatif yang barang kali terbawa dari rumah atau masuk ke dalam jiwa anak selama dalam perjalanan.
Kumandang adzan di masjid sekolah tersebut memanggil anak-anak untuk menunaikan ibadah shalat Dhuhur dan asar tepat waktu. Seorang guru bergegas untuk menjadi imam. Selesai shalat, salah seorang siswa memimpin do’a dilanjutkan kultum (ceramah agama selama 5 – 7 menit) oleh siswa/siswi yang lain sementara siswa yang lain mendengarkan dengan seksama.
Untuk meminimalisasi pengaruh negatif kehidupan yang cenderung hedonis, materialistis, dan individualistis, sekolah memiliki program kepedulian sosial semisal teman asuh yang merupakan kegiatan untuk menumbuhkembangkan jiwa kepekaan sosial terhadap sesama. Sekolah mewajibakan kepada seluruh siswa dalam waktu tertentu melaksanakan aktivitas kepedulian sosial. Kegiatan dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok di lingkungan tempat tinggal siswa, tempat ibadah, atau tempat-tempat lain yang memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan sosial tersebut.
Guru mampu memposisikan diri sebagai pembimbing dan tauladan dalam melaksanakan amal kebajikan. Pendidikan karakter akan berhasil jika ada “ model “ yang dapat dicontoh. Murid dapat belajar dari kata – kata dan perbuatan gurunya secara utuh. Tidak ada kontradiksi antara ucapan dan perbuatan guru sehingga terpancar kesan ( aura) positif yang kuat dari sosok pribadi guru. Adanya guru yang berkarakter kuat adalah syarat pertama dan utama berhasilnya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter hanya mampu dilaksanakan di sekolah dengan lingkungan yang positif. Lingkungan sekolah yang terjaga dari segala bentuk kemaksiatan, atau sekolah yang di sana tumbuh subur segala perilaku sholihat. Sekolah yang ada semangat fastabiqul khairat.
Semoga kemunculan wacana pendidikan karakter ini mampu menjadi pemicu dan pemacu gerak pendidikan Indonesia menuju arah yang benar sebagaimana yang telah dirumuskan dalam berbagai aturan dan konsep. Tidak menjadi sekadar slogan dan ungkapan indah pemanis kata dalam pidato para pejabat belaka, yang kemudian hilang tanpa meninggalkan bekas. (HS)

15 November 2011 Posted by | Uncategorized | | Tinggalkan komentar

EKSTRAKURIKULER

15 November 2011 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar